Tuesday, April 1, 2025

Refleksi Diri Pasca Gemuruh Takbir: Kembali ke Kelas dengan Semangat Baru

Refleksi Diri Pasca Gemuruh Takbir: Kembali ke Kelas dengan Semangat Baru

Oleh: Guru Ataya

Cibadak-1 April 2025. Guru Ataya- Alunan takbir masih terngiang di telinga, sisa kehangatan silaturahmi bersama keluarga masih terasa dalam hati. Tanggal 31 Maret 2025, Hari Raya Idul Fitri 1446 H telah kita lalui dengan penuh suka cita dan rasa syukur. Sebagai seorang guru di SMP Negeri 3 Cibadak, momen ini bukan hanya sekadar perayaan, namun juga kesempatan berharga untuk merenungi diri dan kembali ke sekolah dengan semangat yang lebih membara.

Idul Fitri di Mata Seorang Pendidik: Lebih dari Sekadar Tradisi

Bagi saya, Idul Fitri bukan hanya tentang opor ayam dan ketupat, atau riuhnya anak saudara berkumpul. Lebih dari itu, Idul Fitri adalah momentum spiritual yang mendalam. Sebulan penuh kita ditempa dalam madrasah Ramadan, belajar menahan diri, meningkatkan ibadah, dan mengasah kepedulian terhadap sesama. Pertanyaannya kini, apakah nilai-nilai luhur ini telah benar-benar meresap dalam jiwa dan tercermin dalam tindakan kita sehari-hari, terutama dalam peran kita sebagai pendidik?

Menelisik Jejak Ramadan dalam Ruang Kelas

Mari kita coba menengok ke belakang, sebelum libur Idul Fitri tiba. Apakah semangat berbagi dan empati yang kita pupuk selama Ramadan telah kita tularkan kepada para siswa? Apakah kita telah menjadi contoh nyata dalam menahan amarah dan mengedepankan kesabaran di tengah dinamika kelas? Ataukah kita masih terjebak dalam rutinitas mengajar tanpa benar-benar menghayati pesan-pesan Ramadan?

Guru Ataya secara pribadi merasakan, ada beberapa kali Guru Ataya kurang sabar dalam menghadapi siswa yang kesulitan memahami materi,selain itu Guru Ataya merasa kurang maksimal dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam tugas-tugas siswa sebagai guru. Kejujuran pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk menjadi lebih baik.