Sunday, December 1, 2024

Refleksi Peran Fasilitator: Menjembatani Pembelajaran dan Kepemimpinan

Refleksi Peran Fasilitator: Menjembatani Pembelajaran dan Kepemimpinan

Oleh: Guru Ataya (189_ Iwan Sumantri)

Sukabumi - 30 November 2024. Pembekalan Calon Fasilitator PGP Angkatan 21 hari kedua lebih menarik dan menantang di banding hari pertama. Di hari kedua ini dibersamai oleh instruktur Bapak Simon Rafael dan Bapak Aditya Darma di ruang zoom utama serta 24 fasilitator handal yang memandu di Zoom dengan BOR 24 kelas. (Guru Ataya ada di Bor Kelas 6 dengan fasilitator Bapak Dadang Supriatna dan Ibu Karniyani)

Refleksi Peran Fasilitator dalam pengembangan Kepemimpinan pembelajaran dimulai pukul 08.00 sd. 11.00. Para peserta sebanyak 792 calon Fasilitaor yang tersebar dari berbagai daerah diajak mendengan dan menyimak tayangan sebuah lagu yang dilantunkan oleh Ebiet G.Ade – Masih Ada Waktu. Para peserta dibawa refleksi isi syair lagu tersebut secara berkesadaran.

Sebagai seorang guru matematika di tingkat SMP, saya selalu bersemangat untuk memfasilitasi proses belajar siswa. Namun, mengikuti pembekalan calon fasilitator angkatan 21 telah membuka wawasan saya yang lebih luas tentang peran seorang fasilitator, terutama dalam konteks pengembangan kepemimpinan pembelajaran dan pendidikan orang dewasa.

Baca Juga:


Pembelajaran sebagai Proses Berkelanjutan

Selama pembekalan, saya semakin menyadari bahwa pembelajaran bukanlah sekadar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran adalah sebuah proses yang berkelanjutan, di mana setiap individu memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai fasilitator, tugas saya bukan hanya menyampaikan materi, melainkan juga menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memicu rasa ingin tahu, dan mendorong peserta untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Pentingnya Kepemimpinan Pembelajaran

Konsep kepemimpinan pembelajaran juga menjadi sorotan dalam pembekalan. Saya belajar bahwa setiap individu, termasuk siswa, memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri. Sebagai fasilitator, saya berperan sebagai pembimbing yang membantu peserta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Dengan demikian, peserta tidak hanya menjadi penerima pasif, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam lingkungan belajarnya.


Pendidikan Orang Dewasa: Tantangan dan Peluang (Sesi Kedua)

Dalam konteks pendidikan orang dewasa, peran fasilitator semakin kompleks. Peserta didik dewasa umumnya memiliki pengalaman hidup yang beragam dan motivasi belajar yang berbeda-beda. Sebagai fasilitator, saya perlu memahami karakteristik unik dari peserta didik dewasa, serta menciptakan suasana belajar yang relevan dan bermakna bagi mereka.

Refleksi atas Peran Saya

Setelah mengikuti pembekalan, saya merenungkan kembali peran saya sebagai guru matematika. Saya menyadari bahwa untuk menjadi fasilitator yang efektif, saya perlu:

  • Membangun hubungan yang positif: Menciptakan suasana yang aman dan saling menghormati adalah kunci untuk membangun kepercayaan antara fasilitator dan peserta.
  • Memberdayakan peserta: Memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbagi pengalaman, ide, dan perspektif mereka akan mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab.
  • Memfasilitasi proses refleksi: Membantu peserta untuk merefleksikan pengalaman belajar mereka akan memperkaya pemahaman mereka dan mendorong pertumbuhan pribadi.
  • Menjadi model pembelajaran: Sebagai fasilitator, saya juga harus menjadi model pembelajaran yang baik dengan menunjukkan rasa ingin tahu, semangat belajar, dan keteladanan.


Penerapan dalam Praktik

Saya akan menerapkan pemahaman baru ini dalam praktik mengajar saya dengan cara:

  • Menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta: Memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, seperti diskusi kelompok, proyek berbasis masalah, dan presentasi.
  • Membina kepemimpinan siswa: Memberikan tanggung jawab kepada siswa dalam kelompok belajar, seperti menjadi ketua kelompok atau fasilitator diskusi.
  • Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif: Menghargai perbedaan individu dan menciptakan suasana yang aman bagi semua siswa untuk berpartisipasi.



Peran fasilitator adalah sebuah profesi yang menantang namun sangat memuaskan. Dengan terus belajar dan mengembangkan diri, saya berharap dapat menjadi fasilitator yang efektif dalam membantu peserta mencapai potensi penuh mereka.

Bersambung di hari ketiga

No comments:

Post a Comment