Sekilas Tentang Ki Hajar Dewantara Dimata Seorang CPP
Oleh:
Iwan Sumantri (SMPN 3 Cibadak)
Peringatan 100 tahun Tamansiswa merupakan momentum
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk selalu meningkatkan daya saing dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemandirian dan kemajuan
bangsa dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, makmur dan Madani
Jumat,
10 Juni 2022. Hasil dari belajar mandiri dihari kelima dengan materi Pendikan
yang memerdekakan dengan menyaksikan tayangan video dan artikel tulisan, saya
mencoba merangkumnya berikut ini.
Ki
Hajar Dewantara dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional. Dalam sejarah
pergerekan Indonesia, kita mengenal istilah Tiga Serangkai; E.F.E Douwes
Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo, dan Ki Hajar Dewantara. Mereka mendirikan partai
yang dikenal dengan sebutan Indische Partij pada 25 Desember 1912.
Perjalanan
politik dan pendidikan Ki Hajar Dewantara mempertemukannya dengan gagasan
pendidikan Friedrich Wilhelm August (1782-1852) tentang permainan sebagai media
pembelajaran dan gagasan Maria Montessori (1870-1952) yaitu memberi kemerdekaan
kepada anaka-anak.
Kedua
gagasan ini menjadi dasar berpikir serta pondasi untuk pengembangan Perguruan
Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara setelah pulang dari Belanda pada
tahun 1922. Terbatasnya akses pendidikan bagi bangsa Indonesia pada masa
kolonialisme Belanda menjadi salah satu alasan Ki Hajar mendirikan perguruan
Taman Siswa.
Sekolah-sekolah yang ada yang didirikan oleh pemerintah penjajah pun kurang menguntungkan bagi bangsa ini. Sekolah-sekolah seperti HIS dan MULO dibuat demi kepentingan Belanda sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja siap pakai.
Baca Juga:
- Kepala Sekolah dari Guru Penggerak, Kenapa Tidak?
- Demontrasi Kontekstual: Pendidikan Yang Memerdekakan
- Pengumuman PPDB Online Tingkat SMP Disdik Kabupaten Sukabumi 2022
Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusahaan Belanda. Sistem pendidikan jaman kolonial Belanda merupakan sistem yang rumit karena penjenisannya cukup banyak sebagai realisasi dari diskriminasi sistem pendidikannya. Tujuan dan kebijakan politik pendidikan yang dibuat dan diterapkan oleh Belanda semata-mata hanya untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan kolonial tidak hanya berakibat negatif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga memberikan dampak positif karena setelah penjajahan Belanda di Indonesia berakhir dan Indonesia mencapai kemerdekaan sebagian penduduk di Indonesia khususnya di Jawa sudah tidak menderita tuna aksara atau buta huruf lagi. Karena penduduk Indonesia telah lama mengenal pendidikan atau sekolah. Pendidikan kolonial juga melahirkan tokoh-tokoh pergerakan nasional dan tokoh-tokoh pendidikan yang berjiwa nasionalis dan patriotis untuk memperjuangkan nasib bangsa Indonesia.
Kata
‘Pendidikan’ dan ‘Pengajaran’ itu seringkali dipakai Bersama[-sama. Sebenarnya
gabungan kedua kata itu dapat mengeruhkan pengertiannya yang asli. Ketahuilah, bahwa sebernarnya yang dinamakan ‘pengajaran’
(onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari Pendidikan. Maksudnya,
pengajaran itu tidak lain adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau
berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Sekarang saya akan
menerangkan arti dan maksud Pendidikan (opvoeding) pada umumnya. Dengan sengaja
saya memakai keterangan ‘pada umumnya’, karena dalam arti khususnya, Pendidikan
mempunyai beragam jenis pengertian. Bisa dikatakan bahwa tiap-tiap aliran
hidup, baik aliran agama maupun aliran kemasyarakatan mempunyai maksud yang
berbeda. Tidak hanya maksud dan tujuannya yang berbeda-beda, cara mendidiknya
juga tidak sama. Mengenai keadaan yang penting ini, saya kan menerangkan secara
lebih luas. Walaupun bermacam-macam maksud, tujuan, cara, bentuk, syarat[1]syarat
dan alat-alat dalam soal Pendidikan, Pendidikan yang berhubungan dengan aliran-aliran
hidup yang beragam itu memiliki dasar-dasar atau garis-garis yang sama. Menurut
pengertian umum, berdasarkan apa yang dapat kita saksikan dalam beragam jenis
Pendidikan itu, Pendidikan diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya
anak-anak’. Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
- Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak dipentingkan.
- Frobel juga mendjaikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak[1]anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan mengjadi barang-barang yang menyenangkan anak. Namun, dalam proses pembelajarannya anak masih diperintah.
- Taman Siswa bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran paca indra dan permainan aka itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Sebab, salam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.
- Pendidikan: tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya dan dapat kita teruskan kepada anak cucu kita yang akan datang.
- Pendidikan: daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, dengan maksud supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.
- Pendidikan nasional: pendidikan yang berdasarkan garis-garis bangsanya (kultural-nasional) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan, yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, sehingga bersamaan kedudukan dan pantas bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.
Yuk
kita pahami:
1. Arti
dan Masksud Pendidikan
2.
Pendidikan tuntunan dalam Hidup
3.
Perlukah Tuntunan Pendidikan itu?
4.
Dasar Jiwa Anak dan Kekuasaan Pendidikan
5.
Tabiat yang Dapat dan yang Tidak Dapat Berubah
6.
Perlunya Menguasai Diri dalam Pendidikan Budi Pekerti
7.
Jenis-Jenis Budi Pekerti
8. Naluri Pendidikan
Selamat Ulang Tahun Tamansiswaku yang ke-100, mari dengan momentum ini kita berkalaborasi
bersama, Tamansiswa ada untuk wujudkan kemandirian bangsa Indonesia diera
globalisasi dan persaingan dunia saat ini.
Mantap refleksinya Pak, penerus KHD👍💪💪
ReplyDelete@Bu Prapti Sudarsono: Terimakasih atas apresiasinya! Insya Allah seharusnya kita jadi penerus KHD dalam dunia pen didikan !
DeleteHebat......seharusnya kita nenerapkan konsep pendidikan dari KHD, bukan dari asing......
ReplyDeleteSetuju banget, seharusnya kita seperti itu, ajaran-ajaran KHD sesuai dengan jaman dan tak usang dimakan jaman !
Delete