“PELANGI” Itu Ada Di Masa Covid-19
Oleh: Iwan Sumantri (Guru Ataya)
|
Diserahkan Ke Kepsek (Foto Dok.Pribadi) |
Cibadak, 19 Juli 2021, awal Tahun
Pelajaran 2021/2022 dimulai . Kurang lebih setahun lima bulan sudah kami para
guru dan siswa melewati kegiatan rutinitas seperti bekerja, belajar dari rumah,
menggunakan masker, mencucitangan dengan sabun dan air yang mengalir, menjauhi
kerumunan, menjaga jarak,menggunakan masker saat bepergian dan hal lainnya yang
hubungannya dengan protokol kesehatan dimasa covid-19. Hal ini tentu tidaklah
mudah untuk di lewati. Kebiasaan kami sebelumnya belajar disekolah, berbaur
dengan teman teman seperjuangan, serta menghirup udara sejuk tanpa tersekat
sebuah alat yang kita sebut sebagai masker demi melindungi tubuh agar tidak
terpapar virus Corona.
Kami tidak hanya merasa jenuh, terkekang
dan terpenjara serta berbagai rasa seperti halnya permen nano-nano, dengan
keadaan yang tidak kondusif dan tak menentu ini, tetapi kami dituntut untuk
terus produktif melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai guru, siswa, dan juga
peran serta orang tua siswa tentunya. Disamping itu kami pun wajib mengikuti
anjuran pemerintah untuk melaksanakan proses belajar mengajar dari rumah dengan
PJJ dan BDR onlinenya melalui berbagai media Online seperti WhatsApp Grup (WAG), Google Classroom,
Google Meet, Zoom, Blog, akun pembelajaran dan
media-media lainnya yang bisa menunjang proses pembelajaran secara daring. Media
tersebut dijadikan sarana bagi guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dan
menjaga komunikasi yang baik dengan siswanya.
Tak bisa dipungkiri manfaat penguasaan
teknologi sangat kentara terasa di saat seperti ini. Dimana semua pembelajaran
tatap muka di kelas beralih menjadi pembelajaran berbasis Online.
Pada awalnya kami yang masih gagap teknologi merasa kebingungan dengan metode
pembelajaran seperti ini tetapi lambat laun kami terpacu untuk terus
mengaktualisasi,menggali dan menguji kemampuan kami dalam menggunakan dan
memanfaatkan teknologi dalam aktifitas pembelajaran melalui Daring
Online tersebut.
Dalam artikelnya Ts Rivaldi
mengatakan bahwa generasi yang lahir tahun 1970 – 1980-an, adalah generasi yang
paling beruntung, karena generasi tersebut bisa mengalami loncatan teknologi
yang sangat menakjubkan di abad ini, generasi yang pernah menikmati suara mesin
tik, dan merekam dengan tape recorder. Namun sekarang bisa menikmati canggihnya
keyboard laptop,HP,tablet dan men-download lagu dari gadget dan
kecanggihan teknologi lain yang menakjubkan.
Sebagai orang guru
matematika yang lahir 54 tahun yang lalu, saya sangat bersyukur karena bisa
menjadi penikmat teknologi yang semakin berkembang . Meskipun cuma sebatas
mengoperasikan laptop dan menikmati canggihnya gadget dengan aplikasi-aplikasi sederhana dan memakai laptop karena tuntutan
pekerjaan dan tanggungjawab sebagai wakasek kurikulum, tanpa laptop rasanya ada
yang kurang dalam pekerjaan saya. Saya
merasa hanya pengguna dan penikmat teknologi yang belum optimal dengan
keterbatasan kompetensi dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, cenderung
enggan untuk meningkatkan kompetensi terutama di bidang ICT.
Terlepas dari keinginan dan
kemauan,masalah fasilitas, masalah ketidaksiapan kita dengan teknologi, tiba-tiba
kita dipaksa untuk melakukan pembelajaran PJJ dan BDR secara online. Ini sangat membuat para guru dan
siswa serta orang tua yang ada di rumah, kaget, bah ada petir di siang bolong.
Sebenarnya pembelajaran melalui teknologi informasi sudah diberlakukan dalam
beberapa waktu terakhir. Namun pembelajaran online
yang berlangsung sebagai kejutan dari pandemi Covid-19 membuat kaget hampir
semua pihak bukan cuma guru,siswa,tenaga kependidikan yang ada di SMP Negeri 3
Cibadak, bahkan dunia internasional terkena imbasnya. Lantas kita semua dituntut untuk mempelajari
dan menggunakan aplikasi-aplikasi yang mungkin bisa jadi sarana untuk
pembelajaran jarak jauh, siap tidak siap, bisa tidak bisa kita harus siap dan mau melakukannya. Padahal
aplikasi-aplikasi itu sudah lama ada, tapi kita bahkan secara pribadi
sebelumnya kurang peduli, karena tidak pernah membayangkan bahwa kita akan
sampai pada kondisi seperti saat ini. Hikmah yang saya dapat dari kondisi ini
bahwa kita jangan pernah menutup diri untuk belajar, ketika kita merasa tidak
bisa jangan lantas kita pasrah dengan
keadaan. Kita dituntut tidak kudet,
gaptek, dalam mendapatkan informasi dan menghadapi perkembangan teknologi.
Supaya kita tidak kaget ketika dihadapkan dengan situasi seperti saat ini , dan
bisa mengimbangi pola pikir anak milenial yang melek teknologi.
Pandemi Corona atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) memberikan
banyak pelajaran berharga dalam setiap sendi kehidupan. Sebagian besar pegawai
atau karyawan melaksanakan work from home (WFH) dan juga berdampak pada guru
seperti saya serta para siswa juga “memindahkan” kegiatan belajar dari rumah, secara online. Ini semua sejalan
dengan upaya pemerintah dalam mengurangi dampak penyebaran virus corona. Dan
seperti yang telah ditetapkan, kegiatan belajar dari rumah ini pun masih akan
berlangsung hingga waktu yang belum pasti.
Pembelajaran
dari rumah sepertinya tidak bisa digantikan dengan teknologi begitu saja, tetap
peran guru masih diperlukan, sehingga teknologi informasi ditengah pandemi
diperlukan oleh seorang guru untuk merubah secara teknis cara penyampaian
materi dari luring menjadi daring atau kombinasi luring dan daring sehingga
pada akhirnya para pendidik ini berinovasi
menyampaikan materi ke murid-murid dengan memanfaatkan teknologi informasi yang
mereka kuasai.
Kebijakan baru terutama dalam bidang pendidikan menjadi hal yang sulit untuk di
hadapi, pengalihan pembelajaran dari kelas ke teknologi daring menyebabkan
permasalahan baru dibidang pendidikan. Status sosial masyarakat yang berbeda
menjadi titik permasalahan.
Apapun
yang menjadi kebijakan dari pemerintah pusat maupun daerah tentunya harus
disikapi oleh para pendidik dengan bijak dan tidak berdiam diri sehingga
pendidik perlu berinovasi dalam teknologi informasi agar proses pembelajaran
dari rumah tetap berjalan sesuai dengan ketentuan dan sarana prasarana yang ada
baik di siswa, guru maupun satuan pendidikan.
Banyak hal sudah yang saya
rasakan mulai dari kendala dan hambatan PJJ atau BDR online seperti 1) tidak
semua siswa paham penggunaan teknologi online; 2) keterbatasaan dalam pengadaan
kuota internet; 3) adanya gangguan jaringan internet; 4) kurang efektifnya
pemberian tugas dan latihan secara online kepada siswa; 5) munculnya kejenuhan
saat daring/online sebagai efek
jangka panjang social distancing sampai
masalah sosial yang berdampak terganggungya keharmonisan keluarga dalam
lingkungan pembelajaran. Semua itu sudah, akan dan terus rasanya dialami oleh
guru, siswa dan para orang tua di masa covid-19 ini.
Meskipun kami (guru, siswa, dan para orang
tua siswa) memiliki hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh tetapi
semangat kami untuk terus bekerja, belajar, serta memberikan dukungan kepada
siswa baik secara moril maupun materil tentu tidak akan berkurang. Kami jadikan
masa pandemi COVID-19 sebagai pemacu semangat untuk lebih baik lagi dalam
penguasaan teknologi, menjalin komunikasi dan silaturahim yang baik walau
terhalang anjuran pemerintah untuk mematuhi aturan Social Distancing
atau PPKM level IV. Semoga guratan cerita kami (guru, siswa, dan para orang tua
siswa) SMP Negeri 3 Cibadak dalam barisan pencegahan COVID-19 dapat bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi kita semua.
Dan dari apa yang sudah saya paparkan
semua diatas memberikan sesuatu dan hikmah. Saya bersama rekan guru lainnya harus
berbuat sesuatu di masa Covid-19, yang pada akhirnya saya bersama guru-guru SMP
Negeri 3 Cibadak berhasil membuat buku kumpulan cerita para guru, orang tua dan
siswa SMPN 3 Cibadak selama masa pandemi Covid-19 yang diberi nama “PELANGI” (PELajaran berhargA jangan sampai
terulaNGI) Ceria Berbudi di Masa COVID-19.
|
Buku PELANGI dan Sertfikatnya (Foto Dok.Pribadi) |
Itulah cerita yang bisa saya bagikan buat
sobat shopee, sebagai seorang guru matematika di salah satu SMP Negeri yang ada
di kabupaten Sukabumi.
Menjadi Pendidik
adalah pilihan yang mulia, menebarkan ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat
bagi orang sekitar, adalah bagian kecil dari pengabdian dan sumbangsih
pemikiran seorang pendidik untuk dunia yang luas ini, pun bentuk pengabdian dan
pengahambaan pendidik akan keluasan ilmu pengatahuan Tuhan Yang Maha Luas tak
terbatas.
Buku “PELANGI” ini
lahir tak lepas dari perjuangan dan pemikiran intens Kepala Sekolah dan para guru SMP Negeri 3 Cibadak di suasana pandemic covid-19 dalam proses
pembelajaran dari rumah. Buku ini berisi tentang berbagai ragam
rasa dan kesan yang dialami oleh para guru, orang tua dan siswa SMP Negeri 3
Cibadak khususnya selama proses pembelajaran dalam situasi dan kondisi yang
tidak diharapkan oleh kita semua, sehingga buku ini di beri judul “PELANGI”
(PELajaran berhargA jangan sampai terulaNGI) CERIA BERBUDI DI MASA COVID-19,
dimana di dalamnya berisi tentang kegiatan,harapan,mimpi dan asa penulis dan
guru-guru SMP
Negeri 3 Cibadak (Ceria Berbudi) yang merasakan langsung dampak dari pandemic
Covid-19 di dunia pendidikan khusus kegiatan belajar dari rumah dalam rangka
program Work From Home (WFH).
|
Diserahkan Secara Simbolis Ke Pangawas Pembina Oleh Kepsek (Foto Dok.Pribadi) |
Buku ini tak lain
adalah titik dan tetesan kecil diantara hamparan luas lautan ilmu pengetahuan
yang terbentang. Terlepas dari itu semua, buku yang diberi judul “PELANGI” CERIA
BERBUDI DI MASA COVID-19 ini adalah jerih payah dan bukti nyata pendidik, bahwa ia
adalah manusia yang bukan hanya mampu mengajar,mendidik,melatih, namun juga
mampu memberikan kontribusi dan fakta nyata pendidikan dengan beragam corak di
dalamnya..
|
Bersama Ibu Anggota DPRD Kab.Sukabumi (Foto Dok.Pribadi) |
Cerita ini hadir
di hadapan Anda sobat Shoppe ini tak lepas dari kealpaan dengan beragam jenis
dan macamnya, maka kritik dan saran senantiasa penulis harapkan, demi
terwujudnya pendidikan yang baik, untuk kita dan untuk semuanya.
#NgeblogDariRumah