Merdeka Belajar secara Daring Ala Guru Ataya
Oleh: Iwan Sumantri (Guru Ataya)
Siswa Menggunakan MPI OMAT (Foto Dok Pribadi) |
Apa itu Merdeka
Belajar?
Merdeka Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar. Pelajar yang menentukan tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari sudut pandang pengajar, merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
Belajar bukan untuk ujian, tapi untuk mencapai tujuan belajar yang bermakna Belajar bukan dikendalikan pengajar, tapi disepakati bersama antara pengajar dan pelajar Belajar bukan dengan cara yang seragam, tapi ada diferensiasi cara belajar. Belajar bukan hanya menghafal rumus, tapi menalar dan menyelesaikan persoalan Belajar bukan untuk dinilai pengajar, tapi dinilai bersama untuk membangun kesadaran Belajar bukan dinilai oleh besarnya angka, tapi oleh karya yang bermakna
Merdeka belajar di mulai dari tahap perkembangan sekolah, satuan pendidikan harus menerapkan sekolah yang merdeka belajar, sekolah yang merdeka berkolaborasi dan sekolah yang merdeka berkarya
Untuk menjadi guru yang merdeka belajar,
setidaknya guru harus memiliki 4 kunci pengembangan guru . Pencapain cita-cita
dan asa oleh dirinya sendiri dengan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan
lain dalam ekosistem pendidikan, hanya akan tercapai apabila guru memiliki
empat kunci yang merupakan cita-cita semua guru yaitu 1) kemerdekaan; 2)
Kompetensi; 3) Kolaborasi; 4) Karier
Ketika seorang guru merdeka belajar, maka guru
akan mandiri mengembangkan komptensinya sesuai dengan kebutuhannya, aktif
berkolaborasi dan mampu mengembagkan karier sesuai dengan potensi aspirasi,
sehingga guru tersebut akan menjadi guru masa depan, yang bisa mennyiapkan
anak-anak didiknya menjadi generasi emas di masa yang akan datang.
Jadilah guru masa depan yang bisa berkontribusi untuk negeri ini dengan memahami dan memaknai Guru Merdeka Belajar dengan banyak menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif.
Pandemi Corona atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) memberikan banyak pelajaran berharga
dalam setiap sendi kehidupan. Sebagian besar pegawai atau karyawan melaksanakan work from home (WFH)
dan juga berdampak pada guru seperti saya serta para siswa juga “memindahkan”
kegiatan belajar dari rumah, secara online. Ini semua sejalan dengan upaya
pemerintah dalam mengurangi dampak penyebaran virus corona. Dan seperti yang
telah ditetapkan, kegiatan belajar dari rumah ini pun masih akan berlangsung
hingga waktu yang belum pasti
Pembelajaran dari rumah sepertinya tidak bisa
digantikan dengan teknologi begitu saja, tetap peran guru masih diperlukan,
sehingga teknologi informasi ditengah pandemi diperlukan oleh seorang guru
untuk merubah secara teknis cara penyampaian materi dari luring menjadi daring
atau kombinasi luring dan daring sehingga pada akhirnya para pendidik ini
berinovasi menyampaikan materi ke siswa-siswa memanfaatkan teknologi informasi
yang mereka kuasai.
Apakah kita
para guru sudah melaksanakan pengembangan kompetensi dan kualitas diri?
Bagaimana kita para guru melakukannya?
Salah satu
alternatif dalam pengembangan komptensi dan kualitas diri adalah mencoba
membuat bahan belajar yang menarik. Membuat bahan belajar yang yang menarik
tetapi memiliki materi yang benar adalah sebuah tantangan buat para guru
sekarang ini.
Kita pernah
menciptakan sebuah media ajar untuk siswa-siswa kita, tetapi ketika media itu
digunakan siswa tidak membantu siswa dalam belajar. Kita sudah membayangkan
siswa akan senang dan mengerti dengan pesan yang kita sampaikan,
tetapi ternyata siswa merespon sebaliknya. Apa yang salah? Siswanya, media
ajarnya atau cara pengajaran kita selaku guru menggunakan bahan ajar tersebut?
Boleh jadi kita
selaku guru dalam menciptakan media ajar itu yang perlu diperbaiki. Supaya
media pembelajaran yang kita buat benar-benar berdampak terhadap proses belajar
siswa, kita rasanya perlu merancang media ajar menggunakan siklus berpikir
desain (desain thinking)
Design
thinking atau berpikir desain adalah sebuah
metode atau cara berpikir menyelesaikan permasalahan yang berorientasi pada
manusia, kolaboratif, bersifat optimistik dan eksperimental
Ada 5
(lima) tahapan yang perlu dilakukan pada saat mengimplementasikan
design thinking dalam menciptakan media pembelajaran yang inovatif.
Tahapan 1:
> Setiap proses menciptakan media ajar
media inovatif dapat diawali dengan cara berempati terhadap siswa (kita coba
pahami siswa serta apa yang perlu atau ingin didapatkan siswa) <
Tahapan 2:
>> Kita perlu mendefinisikan sebenarnya apa yang jadi permasalahan utama yang dihadapi siswa saat belajar (misal siswa kesulitan memahami persamaan kuadrat) <<
Tahapan 3:
Cara Memunculkan Ide :
>>> Dengan menambahkan kata " Bagaimana jika" sebelum kalimat ide (Bagaimana caranya membuat siswa memahami bilangan berpangkat? Bagaimana jika ada sebuah video yang membantu memahami persamaan kuadrat pada saat siswa belajar) <<<Tahapan 4:
>>>> Membuat
bentuk paling sederhana dari gagasan tersebut (Tahapan ini yang perlu kita lakukan
setelah menentukan ide). Misalnya membuat video yang berisi tahapan tentang
materi persamaan kuadrat. Purwarupa ini tidak selalu bagus, yang palin penting
purwarupa ini bisa mewakili <<<<
Tahapan 5 :
>>>>> Tahapan
terakhir adalah Uji Coba dan testing
>>>>> Terhadap
siapa? Kepada orang yang memberikan masukan berarti untuk perkembangan media
ajar yang kita buat. Misalnya bisa ke sesama guru/orang tua. Tapi yang paling
penting adalah uji coba pada siswa yang akan menggunakan media ajar yang kita
buat <<
Nah, dengan menggunakan pendekatan design
thinking, proses pembuatan media ajar inovatif akan menjadi mudah. Prosesnya
juga membutuhkan waktu relatif singkat untuk hasil yang lebih berdampak pada
siswa.
Jika dibuatkan infografis, maka tahapan berpikir
desain sebagai berikut :
Merancang Media Pembelajaran Merdeka Belajar |
Siklus Merancang Media Pembelajaran |
Dari hal
tersebut diatas akhirnya saya membuat Media Pembelajaran Interaktif Online Mata
Pelajaran Matematika (MPI OMAT)
Saat ini banyak
authoring tools yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bahan belajar. Mulai
dari authoring tools yang berbayar maupun yang gratisan. Articulate Storyline,
Lectora, dan Exe Learning merupakan contoh authoring tools yang dapat
digunakan.
MPI OMAT dengan Articulate Storyline 3 inilah yang saya pilih sesuai dengan kompetensi yang saya miliki setelah mengikuti Diklat Pembatik Level 3 Rumah Belajar. Dipilih Articulate Storyline 3 karena memiliki kemudahan dalam penggunaanya dan output yang dihasilkannya dapat dipublish dalam format berbagai format termasuk HTML5.
MPI OMAT AWAL |
MPI OMAT HASIL REVISI |
Bagaimana alur berpikir sehingga MPI OMAT ini
tercipta dengan berpikir desain thinking, bisa dilihat di infografis berikut:
Alur Berpikir MPI OMAT Bisa Terwujud |
Pengintregasian
TIK ke dalam proses pembelajaran diperlukan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa. Pembekalan guru akan literasi TIK akan
meningkatkan efektifitas, efesiensi dan kemenarikan proses pembelajaran. Oleh
karena itu kita sebagai guru dituntut untuk memiliki kompetensi keahlian yang
cukup untuk memanfaatkan teknologi yang ada, sehingga lebih optimal dalam
penyampaian materi pelajaran disekolah.
Saat ini masih
banyak guru yang belum memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam
pembelajaran. Minimnya kegiatan peningkatan kualitas dan kompetensi guru untuk
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhinya. Jadilah guru kreatif dan penggerak yang
bisa memanfaatkan TIK dalam membuat pembelajaran
daring dan luring yang lebih menyenangkan.
Ketika Siswa Menggunakan MPI OMAT (Foto Dok.Pribadi) |
Dalam tulisan ini saya mengajak kita selaku guru dalam membuat media
pembelajaran jangan terjangkit virus impurna, ingin serba sempurna.
Bagaimana cara
mengatasinya? Ada tiga obat ampuh untuk mengatasinya; 1) fokus pada yang
penting; 2) buat tiruan; 3) yang penting jadi.
Ingat sebuah
karya yang besar selalu dimulai dari hal yang sederhana. Mulai saja dulu,
kesempurnaan akan mengikuti.
Aktifitas
Belajar dari Rumah (BDR) dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di lakukan
dengam daring. Dengan segala keterbatasan dan pemahaman yang dimiliki saya
selaku guru mata pelajaran PJJ daring saya lakukan dengan persiapan awal
membuat grup kelas pada setiap kelas yang saya ajar di WhatsAp. Membuat grup
kelas di Google Classroom dan membagikan kode kelas dengan bantuan wali kelas
untuk disampaikan ke para siswa.
Dengan penuh keyakinan dalam penerapan merdeka belajar yang selalu menghiraukan dan berkoordinasi serta komunikasi dengan orang tua siswa
untuk kesiapan PJJ daring saya laksanakan dengan segala keterbukaan selaku guru
untuk membelajarkan siswanya secara daring.
Dengan segala
keyakinan PJJ Daring akan berjalan dengan baik dan berhasil. Dengan berpikir
konsep PJJ Merdeka Belajar sudah diterapkan dengan benar dan sesuai.
Setelah saya
mendapatkan Program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Merdeka Belajar sejak tanggal
1 Agustus 2020 melalui WIT (Wardah Inspiring Teacher) 2020 yang lalu apa yang saya lakukan selama ini sudah mencerminkan PJJ Merdeka
Belajar dengan 5M.
Apa itu 5M?
Ketika kondisi darurat, saya tidak bisa melakukan proses pembelajaran
dengan cara semaunya saya, saya harus melihat kondisi,keadaan para siswa dan orang
tua dalam setiap proses PJJ yang saya lakukan dan juga harus melakukan
kesepakatan dalam PJJ daring tersebut. Pembelajaran harus berkelanjutan. Tugas yang dikumpulkan
siswa harus sesuai dengan minat dan kesukaan siswa. Saya harus memberikan umpan
balik kepada siswa dan orang tua tentang PBM yang dilakukan sehingga ada
tantangan untuk PBM selanjutnya. Waktu pengumpulan tugas harus fleksibel sesuai
dengan kesepakatan di awal PBM. Saya harus memanfaatkan sumber daya yang ada
Ketika kondisi darurat cara-cara yang bisa dilakukan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran fleksibel sesuai dengan kemampuan, media dan
kondisi siswa. Tugas bisa dikerjakan sesuai dengan minat dan kemampuan serta
kebisaan siswa itu sendiri dengan waktu yang telah disepakati. Tugas bisa melalui
berbagai sumber yang ada disekitar lingkungan siswa
Poin strategi pembelajaran 5M yang jadi lebih penting dilakukan ditengan
kondisi darurat adalah : 1) Memanusiakan Hubungan; 2) Memahami konsep
(menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di beragam
konteks); 3) Membangun Keberlanjutan; 4) Memilih Tantangan; 5) Memberdayakan
Konteks.
5M ini semuanya penting dan perlu dioptimalkan dalam strategi
Pembelajaran Jarak jauh Merdeka belajar di masa pandemi covid-19 sekarang ini.
Itulah Merdeka Belajar Secara Daring yang saya lakukan.
Referensi:
>> Hasil Diklat Online WIT 2020 (https://www.sekolah.mu/)
#LombaBlogUnpar
#BlogUnparBelajarDaring
Sangat menginspirasi👍👍👍
ReplyDeleteMerdeka belajar yang dipaparkan oleh Bapak sangat bagus dan perlu diterapkan di era modern terlebih di masa pandemi ini.Semoga semangat dan energi positif yang Bapak sebarkan bisa menginspirasi para guru terutama bagi saya yang berada di daerah yang masih kesulitan untuk menerapkan pembelajaran daring secara efektif🙏🙏
@Bu Ikeu Yuniarti: Makasih bu atas apresiasinya. Ya, benar bu situasi dan kondisi serta fasilitas sekolah juga mempengarhi untuk penerapan merdeka belajar, tapi apapun keadaannya kita harus tetap menjalankan Merdeka Belajar tersebut !
DeleteTertarik impurma ... Jangan ingin sempurna. Tiga strategi. 1. Meniru. 2. Dokus hal penting 3) yang penting jadi..
ReplyDeleteOk pa... Sama sy motonya kemauan dl, kemampua menyusul. Mari kita sama sama bergerak dalam merdeka belajar. Manfaatkan teknologi di era milenial... Semangat pa iwan
@Bu Lina Purnama: Terimakasih bu atas apresiasinya... mottonya kemauan dulu....kemampuan menyusul...setuju sekalai, karena yg utama adalah kemauan, mau ngga memulainya. Ayoo kita sama2 bergerak dalam merdeka belajar sesuai kemauan dan kemampuan yang kita miliki !
DeleteSangat bermanfaat, dengan pemaparan bapak ini saya menjadi tahu merdeka belajar itu seperti apa. Terima kasih
ReplyDelete@Pak Moh Dori Julianto: Terimakasih Pak atas apresiasinya, kita sama2 lebih memahami dan memaknai apa itu merdeka belajar .
DeleteMerdeka belajar sejatinya mengemas pembelajaran yg sesuai dgn kebutuhan siswa, guru memposisikan sebagai fasilitator yang selalu membuka diri, kreatif dan inovatif dalam membimbing dan menciptakan lingkungan belajar yg menyenangkan. strategi 5M sangat perlu diaplikasikan dlm menciptakan merdeka belajar, guru selalu semangat mengembangkan diri untuk mengabdikan diri mencerdaskan anak bangsa.
ReplyDelete@Bu Yani Kusmardana: setuju bu dengan apa yang ibu sampaikan...Merdeka belajar sejatinya mengemas pembelajaran yg sesuai dgn kebutuhan siswa, guru memposisikan sebagai fasilitator yang selalu membuka diri, kreatif dan inovatif dalam membimbing dan menciptakan lingkungan belajar yg menyenangkan... marikita aplikasikan dalam keseharian kita sebagai guru, Ing Ngarso sung tulodo, Ing Madya mangun Karso, Tutwuri Handayani
DeleteKetemu benang merahnya. Kita Pendidik adalah pelayan Peserta Didik (konsumen) apa yg dibutuhkan konsumen ya itu yg harus kita siapkan. Sesuai falsafah Bapak Pendidikan Indonesia "memenuhi hak anak". Semangat... kita tingkatkan kompetensi kita (Pendidik) demi memenuhi kebutuhan Peserta Didik.
ReplyDeleteSetuju sekali, terimakasih sudah mengapresiasi artikel ini
Delete