Refleksi Diri Pasca Gemuruh Takbir: Kembali ke Kelas dengan Semangat Baru
Oleh:
Guru Ataya
Idul Fitri di Mata Seorang Pendidik: Lebih dari Sekadar Tradisi
Bagi saya, Idul Fitri bukan hanya tentang opor ayam dan ketupat, atau riuhnya anak saudara berkumpul. Lebih dari itu, Idul Fitri adalah momentum spiritual yang mendalam. Sebulan penuh kita ditempa dalam madrasah Ramadan, belajar menahan diri, meningkatkan ibadah, dan mengasah kepedulian terhadap sesama. Pertanyaannya kini, apakah nilai-nilai luhur ini telah benar-benar meresap dalam jiwa dan tercermin dalam tindakan kita sehari-hari, terutama dalam peran kita sebagai pendidik?
Menelisik Jejak Ramadan dalam Ruang Kelas
Mari
kita coba menengok ke belakang, sebelum libur Idul Fitri tiba. Apakah semangat
berbagi dan empati yang kita pupuk selama Ramadan telah kita tularkan kepada
para siswa? Apakah kita telah menjadi contoh nyata dalam menahan amarah dan
mengedepankan kesabaran di tengah dinamika kelas? Ataukah kita masih terjebak
dalam rutinitas mengajar tanpa benar-benar menghayati pesan-pesan Ramadan?
Guru Ataya secara pribadi merasakan, ada beberapa kali Guru Ataya kurang sabar dalam menghadapi siswa yang kesulitan memahami materi,selain itu Guru Ataya merasa kurang maksimal dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam tugas-tugas siswa sebagai guru. Kejujuran pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk menjadi lebih baik.